Jordan Dokter Gendeng


Jordan adalah seorang traveler wanita yang kutemui di Lhasa, Tibet beberapa tahun yang silam karena kami satu dormitory. Kebetulan dia seorang Kiwi (istilah untuk orang yang berasal dari Selandia Baru). Melihat gayanya yang cuek dan tomboy serta wajahnya yang lumayan cantik, aku tak pernah berpikir kalau dia sebenarnya seorang dokter. Jake seorang pemain rugby asal Australia yang juga satu dormitory dengan kami yang memberitahuku. Keakraban langsung terjadi diantara kami bertiga karena mungkin kami bertiga sama ngaconya dan sama-sama doyan minum bir (dulu lho…:-p)

Di dalam dormitory ada 6 tempat tidur. Ketiga penghuni yang lain, dua cewek Korea dan 1 cowok Jepang terkesan pendiam dan sangat malu-malu. Kalau tidak diajak ngomong mereka diam saja. Aku maklum saja karena mungkin mereka punya kendala dalam berbahasa Inggris. Mereka juga lebih banyak keluyuran di siang-hari dan kadang-kadang saja berada di dalam kamar. Aku, Jake, dan Jordan adalah kalong yang memilih keluyuran di malam hari dan berada di kamar di siang hari.

Pertama kali aku bertemu dengan Jordan, dia sedang mabuk berat dan kepalanya sakit. Dia barusan balik dari pesta semalaman di sebuah bar. Dia minum 5 botol bir katanya. Menurutnya selama ini lima botol bir tidak pernah membuat dia mabuk. Aku dan Jake hanya tertawa melihat Jordan bingung kenapa dia mabuk hanya dengan 5 botol bir.

“Jordan, we are now in Tibet, 4000m above sea level (Jordan, kita sekarang berada di Tibet, di ketinggian 4000m diatas permuakaan laut). I think 5 bottles of beer is enough to make you stoned (Aku rasa 5 botol bir cukup untuk membuatmu teler),” kata Jake berusaha menyadarkannya. Jordan cuma cuek saja dan tetap protes kalau dia tidak pernah mabuk dengan hanya minum 5 botol bir.

Dokter seperti Jordan seharusnya punya hidup yang enak dan mewah apalagi di negara maju seperti Selandia Baru tetapi dia memilih hidup “ngegembel” traveling dari satu negara ke negara lain. Dia meninggalkan praktek dokternya di negaranya dan menjadi pelayan bar di Bondi Beach, Australia sebelum melakukan petualangan keliling dunianya. Entah apa yang dipikirkannya. Yang jelas dia bosan dengan kemapanan dan lebih memilih jadi hippy.

“I am sick being a doctor (Aku bosan jadi dokter). I cannot stand the routine (Aku tidak tahan dengan rutinitasnya),” katanya kepadaku suatu saat.

Gaya Jordan sangat tidak mirip dengan para dokter yang selalu terlihat rapi dan bersih. Dia memang sangat cuek dalam urusan pakaian dan “berkelakuan”. Ada satu kebiasaan Jordan yang aku dan Jake selalu tunggu-tunggu. Jordan suka membuka pakaiannya di depan kami. Apalagi, dia tidak tidak pernah pakai BH.

“Do you guys mind if I take off my T-shirt?” (Apakah kalian keberatan jika aku membuka T-shirt ku?) Pertanyaan Jordan yang selalu kami jawab dengan “No!!!”

Aksi Jordan membuat aku dan Jake selalu “betah” berada di dalam kamar. Jake selalu berkomentar soal bentuk payudara Jordan setiap kali dia melihatnya seperti “Today your nipple direction is a little bit to the left (Hari ini arah putingmu agak ke kiri) atau “hm…beautiful shape today” (bentuk bentuknya indah hari ini). Jake orangnya memang sedikit kurang ajar. Sedangkan si cowok Jepang hanya tersenyum simpul sambil melirik malu-malu kucing ke “bagian-baigan tertentu” tubuh Jordan setiap kali Jordan melakukan adegan tersebut. Malu-malu mau gitu….:-p. Jordan langsung menggoda si Jepang, ” Hi…you are free to look!!” (Hai..kamu bebas melihat!). Aku biasanya hanya tersenyum saja menikmati “pemandangan indah” yang disuguhkan….:-p.

Jordan mungkin salah satu dokter gendeng super cuek yang pernah kutemui. Sudah jadi dokter malah beralih profesi jadi pelayan bar. Doyan buka baju dan nggak pakai bra pulak. Sayang aku cumaa 4 hari tinggal di Lhasa. Aku harus melanjutkan perjalananku keliling Tibet. Mudah-mudahan aku ketemu lagi dokter yang modelnya kayak dia lagi (dulu ngarepnya waktu belum nikah gitu…..:-p). Dormitory murah meriah nan sumpek bisa jadi lebih menyenangkan suasananya……percayalah….:-p

Copyright: Jhon Erickson Ginting
Sumber: Pengalaman Pribadi