Pramugari-Pramugari Yang Cantik……Luar Negeri


Aku sudah cerita soal pengalamanku bertemu dengan pramugari-pramugari maskapai penerbangan di Indonesia (klik disini). Kali ini aku bercerita tentang pramugari-pramugari maskapai penerbangan negara lain. Kalau dihitung, sudah sekitar dua puluhan lebih maskapai penerbangan negara lain yang pesawatnya aku pernah tumpangi terutama maskapai dari negara-negara Asia, Eropa, Afrika, dan Timur Tengah. Tidur di udara menjadi sebuah hal yang biasa, terutama semasa aku masih kerja sebagai konsultan pengeboran minyak. Saat itu, aku bisa naik pesawat sebanyak 12 kali dalam sebulan dengan menggunakan pesawat dari beragam maskapai penerbangan.  Tentu saja berbagai pengalaman unik pernah kualami dan pengalaman-pengalaman yang paling kusukai adalah yang berhubungan dengan pramugari…..:-). Untuk menghilangkan prejudice, aku tak akan bicara soal pramugari maskapai negara yang paling cantik karena kecantikan itu relatif.

Pengalaman pertama yang kuceritakan adalah ketika  aku terbang dengan maskapai salah satu negara tetangga. Sebagai konsultan saat itu, aku selalu naik bussines class flight kemana pun aku pergi. Jika penumpang kelas bisnis yang lain  berpenampilan rapi, aku hanya memakai celana khaki dan kaos oblong dan sandal gunung. Namun begitu, Sepatu dan Jaket semi jas selalu kubawa sebagai persiapan mendarat di Eropa untuk memberi kesan yang baik kepada petugas keamanan sehingga tidak dijadikan target operasi interogasi dadakan.

Karena penampilanku yang sederhana, setiap kali aku naik pesawat pramugari-pramugari ini selalu penasaran dengan pekerjaanku. Ujung-ujungnya aku dan para pramugari selalu terlibat dalam obrolan meriah tentang petualangan, kerja, dan sampai urusan cinta…ups. Tapi, sayang entah kenapa aku tak pernah sekalipun “nyantol” dengan salah satu dari mereka. Demikian juga dengan pramugari-pramugari itu. Semuanya seperti sekedar lewat. Justru yang tertarik padaku adalah seorang pramugara yang bergaya “kewanita-wanitaan”. Dia sampai memberikan kartu namanya padaku dan sedikit memohon supaya aku menelponnya ketika balik ke Kuala Lumpur……waaadooow. Apes dah!!!

Pramugari-pramugari maskapai penerbangan Eropa aku bisa katakan kurang luwes dibanding pramugari-pramugari dari maskapai penerbangan Asia. Mungkin budaya Eropa yang “lebih dingin” mempengaruhi mereka. Kalau aku bisa katakan, mereka tak ubahnya pegawai bergaya kantoran yang kerja di pesawat. Semuanya kelihatan sangat professional, tetapi kurang sentuhan keakraban dan kekeluargaan seperti yang ditunjukkan oleh pramugari-pramugari dari maskapai penerbangan di Asia.  Pernah suat kali, dalam penerbanganku dari Vienna ke Ankara dengan maskapai penerbangan dari Eropa, seorang pramugari marah-marah hanya karena seorang penumpang terus menerus memanggilnya. Dengan tegas, dia memarahi penumpang asal Turki tersebut. Walaupun sering melihat perilaku penumpang seperti itu, aku belum pernah melihat seorang pramugari marah hanya karena dipanggil berulang kali. Biasanya mereka mendekati si penumpang dan memberi penjelasan dengan ramah.

Tak ada yang lebih “nightmare” bagiku daripada menumpang pesawat dari maskapai penerbangan di Afrika. Reputasi maskapai penerbangan di  benua ini memang termasuk yang paling rendah. Mungkin tak ada bedanya dengan reputasi maskapai penerbangan Indonesia saat nooming “budget flight” merajalela di Indonesia  yang juga dibarengi dengan seringnya  insiden kecelakaan pesawat. Pesawat yang dipakai untuk terbang juga sudah sangat tua. Rasanya naik pesawat pun lebih mirip uji nyali. “Ngeri-ngeri sedap” istilah orang Medan.

Soal profesionalitas dan keramahan, pramugari-pramugari dari Afrika harus belajar banyak dalam hal profesionalitas dari rekan-rekan mereka di Asia atau Eropa. Bahkan di salah satu maskapai penerbangan asal Afrika, hanya ada satu pramugari untuk semua penumpang.  Untungnya, yang naik pesawat cuma sedikit sehingga tak memberatkan pramugari tersebut. Maklumlah, orang akan mikir seribu kali naik pesawat dari sebuah maskapai penerbangan salah satu negara termiskin di dunia……:-p

Kisah lain soal pramugari dari Afrika adalah ketika aku melakukan penerbangan dari Karthoum, Sudan menuju Kairo di Mesir. Seorang penumpang  kebetulan bertemu dengan temannya yang duduk tepat di depanku di dalam pesawat. Dia lalu berdiri di lorong pesawat sambil ngobrol dengan temannya itu. Selain menghalangiku menonton TV, pria ini juga “nyembur” tiap kali berbicara yang menyebabkan wajahku basah oleh cipratan ludahnya. Aku sudah memperingatkan dia supaya dia duduk dan tidak “nyembur” kalau ngomong, tetapi orang ini tetap keras kepala. Aku meminta kepada pramugari-pramugari supaya menyuruh orang ini duduk, tetapi mereka mencuekiku. Karena tak tahan disemburin terus sama pria ini, aku pun naik darah. Setelah mengancam akan memukulinya sambil memukul kursi temannya, barulah orang ini mau duduk di bangkunya dengan mulut “ngedumel” sambil menuduhku sebagai orang yang sangat jahat.

Keributan antara aku dan penumpang yang tak tahu diri tadi pastilah terdengar ke hampir seluruh ruangan pesawat. Bisa dilihat dari wajah-wajah yang memalingkan mukanya ke arah kami. Herannya, pramugari-pramugari yang bertugas cuek saja seakan-akan tidak ada yang terjadi.  Aku sampai bingung karena bagaimana bisa mereka mengabaikan hal-hal seperti ini? Aku pun hanya bisa geleng-geleng kepala sambil berucap pelan,” TIA…..This is Africa. Nobody cares”

Bicara soal pramugari dari luar negeri, aku tak akan pernah melupakan kisah yang satu ini. Saat itu aku baru saja singgah di Doha, Qatar hendak kembali ke Malaysia setelah perjalanan 6 bulanku di Timur Tengah dan Afrika. Ketika aku baru saja naik ke dalam pesawat dan hendak duduk di bangkuku, suara seorang wanita yang sangat halus mengejutkanku.

“Hi John,” sapa suara itu dengan lembutnya.

Aku tak langsung menjawab karena aku tak pernah ingat punya teman wanita di Doha. Ketika aku menoleh, seruat wajah cantik terlihat. Sambil tersenyum, wanita cantik ini bertanya, “Do you still remember me?”

“I am familiar with your face,” kataku gugup karena aku benar-benar lupa.

“I am Andrea,” ujarnya.

“Wow Andrea….You look very different.  I will not recognize you if you don’t tell me your name,” ucapku memuji.

“What do you mean?” tanya Andrea pura-pura nggak ngerti.

“Hm…much more beatiful and elegent,” ujarku terus terang. Andrea hanya tersenyum dan tak membalas ucapanku yang barusan.

Sedikit soal Andrea, dulunya dia bekerja sebagai resepsionis di sebuah tempat perawatan rambut di KL. Aku dulu sempat merawat rambutku yang mengalami kerontokan parah. Saat itu aku memang masih sangat khawatir dengan kebotakanku seperti kebanyakan pria lainnya….:-p. Selama perawatan di sana, aku memang suka bercanda dengan Andrea. Aku jadi merasa penasaran dia begitu ingat dengaku karena pasti ada ratusan orang yang datang ke perawatan itu.

“What are you doing Andrea?” tanyaku

“I am working for Qatar Airways as cabin crew. I just got vacation and decided to go back to KL,” jawabnya.

“Wow, you are doing great, Andrea,” ucapku memuji sambil terus geleng-gelang kepala.  Andrea sampai salah tingkah, tersipu-sipu malu.

Terus-terang, aku tak pernah membayangkan Andrea bisa menjadi pramugari sebuah maskapai penerbangan internasional yang terkenal. Aku masih ingat ketika pertama kali bertemu dengannya. Wajahnya memang cantik, tapi jerawat di sana-sini dan tanpa perawatan. Dia juga terkesan sangat cuek dan tomboy. Aku tak pernah betah ngobrol dengannya karena tak ada hal penting yang bisa diobrolkan. Ngomongnya juga nyablak dan seenaknya sehingga obrolan kami penuh canda dan saling cela. Sekarang dia berbicara dengan sangat anggun dan menarik. Cara berpakaiannya juga sangat modis. Dia seperti tokoh cerita ”bebek buruk rupa” yang berubah menjadi ”angsa yang anggun” dalam kisah dongeng Hans Christian Andersen.

Aku jelas tak bisa membiarkan Andrea sendirian tanpa kuganggu. Kami lalu larut dalam cerita tentang pengalaman-pengalaman kami setelah lebih dari dua tahun tak bertemu. Dia juga sangat amaze ketika tahu aku baru berkeliling ke beberapa negara Afrika dan negara-negara di Timur Tengah. Sampai akhir obrolan kami, aku tetap punya rasa penasaran kenapa Andrea bisa mengingatku dengan kuat ketika aku sama sekali tak mengenal dirinya di awal pertemuan kami. Soal kelanjutan cerita dengan Andrea, aku harap teman-teman pembaca bisa bersabar. Jika buku trilogi ”TIA” berlanjut, mungkin kalian akan tahu cerita keseluruhannya….hehehehe…..Biar bikin penasaran……:-)

Copyright: Jhon Erickson Ginting

Sumber: Pengalaman Pribadi

Copyright Photo: http://depositphotos.com/4651215/stock-illustration-flight-attendant.html