Perjalananku Di Malawi Dalam Gambar
Malawi adalah negara ketiga yang kujelajahi di Afrika setelah Mesir dan Tanzania. Kalau orang Indonesia ditanya, mungkin kurang dari 10% yang tahu Malawi itu dimana letaknya. Aku masuk ke negara ini melalui Keyla di perbatasan Tanzania-Malawi dengan bus rongsokan dan “dikeroyok oleh puluhan penipu. Makanya aku tak punya foto-foto di awal-awal perjalananku di negara ini karena alasan keamanan. Dari perbatasan Keyla, aku bersama temanku dari Amerika bernama Tim menuju Karonga, kota terbesar di Utara Malawi dan langsung melanjutkan ke Mzuzu, sebuah ibukota provinsi yang tak lebih dari sebuah kota kecamatan.
Tujuan kami di Malawi adalah Nkhata Bay, sebuah desa nelayan yang menjadi tujuan petualang-petualang hippy penikmat ganja selama bertahun-tahun. Traveler dan backpacker yang punya cita rasa petualangan yang tinggi mulai berdatangan ke tempat ini untuk menikmati keaslian kehidupan di Afrika. Nkhata Bay ini terletak persis di pinggir Danau Malawi atau Danau Kivu.
Perjalanan berikutnya menuju Chipoka dengan menggunakan kapal ferry ringsek. Sempat terpikir oleh bahwa ferry ini bisa saja tenggelam karen kelebihan bebab. Persis kayak di ferry antar pulau di Indonesia….:-p
Chipoka adalah kota terakhir aku melakukan aksi fotografi. Aku selalu ragu dengan kameraku yang besar akan terlalu menarik perhatian orang. Maklum saja Malawi adalah negara miskin dengan pendapatan perkapita $ 400 per tahun. Kamera besar dengan harga puluhan juta akan sangat mencolok di desa-desa atau kota-kota seperti ini sehingga aku lebih banyak menikmati kehidupan bersama orang-orang Malawi daripada harus foto sana foto sini kayak turis…:-p. Perjalananku berakhir di Lilongwe, ibukota Malawi.
Foto-Foto Perjalananku lainnya ada di:
Perjalananku Di Mesir Dalam Gambar
Perjalananku Di Tanzania Dan Pulau Zanizbar Dalam Gambar
Cerita Perjalananku Lainnya di Malawi:
Danielle, Traveler Yang Membuat Perbedaan
Copyright: Jhon Erickson Ginting
Sumber: Pengalaman Pribadi
Copyright Photo: Jhon Erickson Ginting
Bang Ginting,
Salam kenal ya…Nama saya Eva, skrg tinggal di Mongolia.
Bulan September, saya n suami akan berangkat ke Malawi, tepatnya di Blantyre. kami berdua akan kerja di sana. Abang udah pernah ke sanakah? Boleh share sedikit pengalaman di sana? Thanks. GBU
Dear Eva, Saya pernah ke Malawi dan sempat “nangkring” di negara ini selama tiga minggu. Sayangnya saya belum pernhak ke Blantyre padahal semua kota besar lainnya di Malawi sudah saya masuki seperti Mzuzu, Karonga, Lilongwe, Nkhata Bay, dan beberapa yang lain. Jadi, saya simpulkan saja pengalaman saya berdasarkan pengamatan yang saya lakukan di kota-kota yang saya singgahi. Dua kota terbesar negara ini adalah Blantyre (kota pemerintahan) dan Lilongwe (kota bisnis). Malawi adalah bangsa paling ramah di Afrika menurut survery Lonely Planet 2008. Pendapatan Perkapita (GNP) sekitar $ 400. Angka AID’s sekitar 30-40% jumlah penduduk. Budaya paternalistik sangat kuat sehingga salah satu masalah di negara ini adalah KDRT (Kekerasan dalam Rumah Tangga). Perampokan bersenjata api yang sering ditakuti di kota-kota di Afrika mungkin tidak perlu ditakutkan di negara ini. Menurut saya Malawi lebih aman daripada Tanzania, Kenya, South Afrika. Penduduk Malawi sangat ramah terutama pekerja NGO (mungkin Eva dan Suami pekerja NGO?), tetapi tidak pada turis. Itu yang saya alami. Mereka suka meminta-minta pada turis tetapi sangat pemurah kepada pekerja2 NGO seperti beberapa teman saya. Mungkin pekerja NGO dianggap sangat membantu mereka. Selama saya berada disana memang saya lebih banyak membaur dengan orang-orang Malawi daripada ke tempat2 wisata karena saya memang lebih suka traveling model seperti itu. Animisme dan perdukunan juga masih kuat (ngalamin sendiri didatangi “mahluk-mahluk nggak jelas”). Ganja dijual murah dan mungkin negara ini sebagai salah satu produsen ganja..:-p. Arang dilarang digunakan di Malawi sehingga sering terjadi penyeludupan arang. Perjalanan darat dari kota-kota dipenuhi oleh pos pemeriksaan polisi untuk mencari orang menyeludupkan arang. Bioskop tidak ada di kota-kota yang saya singgahi, tetapi mungkin ada di Blantyre. Supermarket cukup lengkap di Lilongwe dan mungkin juga di Blantyre.Penerbanganke Malawi (Blantyre) paling modern mungkin dengan Kenya Air. Untuk makanan, sama seperti makanan2 Afrika lainnya yang didominasi dengan bakar2an. Beras lebih mahal dari kentang dan ubi. Beras dianggap makanan mewah…:-p. Kalau mau makan enak, Nando’s dan satu-dua restoran China ada di Blantyre disamping restoran2 makanan bule tentunya. Harga makan di restoran seperti ini rata2 sekitar $ 10 per porsi. Transportasi antar kota cukup parah, demikian juga jalan-jalannya….:-). Mungkin ada yang tak saya ingat, jadi bisa ditanyakan. Semoga membantu. regards J.E Ginting https://ginting.wordpress.com/
Bang,
Makasih ya utk reply-nya. Kami bukan pekerja NGO, bang. Suami keterima ngajar di salah satu kampus di Blantyre. btw, perlu bawa obat2an gak ya bang? soalnya dari info sih malaria lumayan jg di sana. Klo abang ada info, adakah orang indonesia yg kerja di sana? makasih ya Bang.
Dear Eva, Oh ya, saya lupa soal penyakit. Seperti negara Afrika lainnya, Malawi juga endemik Malaria. Di kota-kota kecil sulit mendapatkan pil malaria dan kualitas dokter dipertanyakan. Rumor tentang traveler yang meninggal dunia setelah berobat di klinik sering saya dengar sehingga untuk penyakit2 kecil saya memilih untuk tidak berobat sama sekali. Di Malawi juga tidak mengenal pil Kina seperti di Indonesia. Harga obat-obatan saya rasa moderat, tidak begitu mahal. Salah satu lagi penyakit yang menakutkan di Malawi adalah Bilharzias atau infeksi sejenis cacing yang sangat sulit disembuhkan. Kata lain penyakit ini adalah Schistosomasis. Cacing parasit ini biasanya hidup di air tawar yang tidak mengalir dan cenderung hangat. Hindari mandi di danau-danau di Malawi kalau tidak yakin akan kebersihannya. Rumah sakit terbaik di Afrika hanya ada di Nairobi, Kenya atau South Africa. Kalau sangat emergency, mungkin cuma rumah sakit di dua negara ini yang paling direkomendasikan. Karena tidak ada infrastruktur di Malawi, elektronik sangat mahal. Jadi, sebelum kesana bawa barang2 elektronik yang diperlukan. Thumbdrive dan Hard disk juga sangat mahal. harganya berkali2 lipat dibanding di Indonesia (tahun 2008). Saya tidak pernah ketemu orang Indonesia disana. Saya ketemu orang Indonesia di Tanzania (ada 50 orang). Kedutaan Indonesia di Tanzania menjadi perwakilan Indonesia di negara2 seperti Malawi, Zambia, Rwanda, dan Tanzania. Jadi, lebih baik lapor diri dulu ke KBRI Tanzania untuk diregistrasi. Orang KBRI disana sangat baik. Salah satu hal yang saya pelajari tentang Afrika, hari ini aman besok perang. Malawi juga tidak mengenai sistem customer service, jadi siap2 aja kecewa kalau komplain….:-p. Makanya selama disana, saya dan teman-teman hanya bisa bilang…..TIA, dude…This is Africa…….!!!
Semoga membantu
regards J.E Ginting https://ginting.wordpress.com/
menatap nanar foto dan terkesima membaca cerita nya, mimpi gw bisa berkunjung kenegara2 ke 3
Waduh….kuping jadi naik neh..hehehe….coba yang dekat2 aja dulu. Pelajari resiko dan bahanyanya…Baru coba travel ke tempat yang lebih ekstrim.
regards J.E Ginting https://ginting.wordpress.com/
________________________________
Keren.. Semoga 2015 makin ada rejeki jd bs travelling, amin..
Ito Bernadet, Apakah kalian ada mau pergi ke Malawi? Kok beberapa hari ini banyak sekali orang yang mencari tahu informasi soal Malawi di blog-ku? regardsJ.E Ginting https://ginting.wordpress.com/
Sent from Yahoo mail for Iphone Bernadette Hutabar
Oh tdk ito.. Nnt kl ada rejeki aja baru coba travelling tp jgn yang langsung extreem kaya ito.. Keren ya view nya.. Sent from Yahoo mail for Iphone Bernadette Hutabarat
Oklah kalo gitu ito. Traveling ekstim dulu aku lakukan karena terlalu bosan dengan bisnis traveling yang kulakukan. Dulu aku kerja sebagai konsultan di perusahaan minyak di luar. Terbanglah sana sini dengan busines class dan tinggal di hotel mewah. Makanya aku suka travel ekstrim dan down to earth kalau traveling. Tapi memang sudah mendarah daging juga sih yang ekstrim2…hehehe….Malawi masih sangat ketinggalan dan miskin. Bisa dibilang tidak ada industri turisme di negara ini…tidak ada infrastruktur turis. Rata2 yang datang kesini adalah petualang kelas berat atau hippie yang tak suka komplain macam2 dan doyan ganja. Negara ini salah satu produsen ganja di dunia. Ganjanya sangat terkenal kenikmatannya.. Kalau mental masih turis jangan datang ke negara ini, pasti merana soalnya….hehehe.. regards J.E Ginting https://ginting.wordpress.com/