Tentang Petualangan Saya


Nasuru, Me & Mwazuma

Saya Jhon Erickson Ginting, “Kuli Bor”  atau drilling engineer yang pernah nyasar ke berbagai negara di dunia. Setidaknya saya pernah pergi ke lebih dari 30 negara di  dunia tetapi hanya punya kesempatan menjelajahi 25 diantaranya. Afrika dan Timur Tengah adalah kawasan favorit saya selain Amerika Selatan. Sayang, saya belum punya kesempatan pergi ke Amerika Selatan sana.

  1. Asia Tenggara: Indonesia, Malaysia, Thailand, Kamboja, Laos, Vietnam, Singapura
  2. Asia Selatan: Srilanka, India & Nepal
  3. Asia Timur: China, Tibet, Hongkong, Macau, Korea Selatan
  4. Afrika: Mesir, Tanzania, Kenya, Malawi, Uganda, Rwanda, Mozambik, Sudan
  5. Timur Tengah: Irak, Israel, Palestina, UAE, Qatar, Yordania
  6. Eropa: Turki dan Austria
  7. Australia: South Australia

Sebagaian besar perjalanan saya adalah perjalanan yang spontan tanpa rencana. Biasanya, saya hanya menentukan dimana perjalanan dimulai dan dimana berakhir. Sering juga saya travel tanpa buku panduan seperti Lonely Planet, Rough Guide dan lain-lain. Kalaupun travel ke luar negeri, saya selalu cari negara yang negaranya tak memerlukan visa untuk dimasuki atau visa negara tersebut “mudah” didapat.  Biasanya saya merayu petugas konsuler untuk mendapatkan visa di beberapa negara yang tidak memberikan fasilitas bebas visa atau VOA kepada pemegang paspor Indonesia. Hotel dan penginapan juga hampir tak pernah saya reserved. Saya selalu suka mencari hotel dengan cara “go show”.  Jadi, jangan pernah tanya saya soal penginapan sebab saya paling tidak mau ambil pusing mau nginap dimana…:-p. Sayang, setelah menikah hobi saya cari penginapan dengan “go show” harus saya kubur dalam-dalam karena istri saya tak pernah setuju dengan cara saya yang unik tersebut…..:-p.

Travel dengan cara saya memang memberi banyak “kejutan” atau “thriller”. Nah, “kejutan” itulah yang selalu saya cari dalam perjalanan-perjalanan saya. Bosan rasanya kalau travel tanpa “thriller”. Bagi saya “thriller” itulah yang membuat “suasana perjalanan lebih hidup” . Untuk mendapatkan “thriller” tersebut, saya juga banyak melakukan “Off beaten track  traveling” atau travel di tempat yang tak menjadi tujuan wisata selain  traveling di negara konflik  tentunya.  Sayang, pengalaman saya traveling di negara konflik taklah seheboh yang saya duga. Menyusuri  dunia “Underground” atau dunia bawah tanah suatu negara jauh lebih mendebarkan menurut saya. Berurusan dengan “hal-hal yang tabu” memang selalu membuat adrenalin mengalir deras.  Selalu ada sesuatu yang menarik untuk diceritakan di “kawasan kumuh dan berbahaya” , “red district”, “dunia malam”,  dan di “tempat-tempat tabu” lainnya.

Walaupun beigtu, perjalanan saya taklah melulu soal “thriller”. Saya juga menikmati hal-hal lain, terutama yang bersifat eksotis dan memperkaya hidup. Saya senang bertemu dengan suku-suku eksotis di berbagai negara. Selain itu  ada juga kisah wanita-wanita yang berani membuat perbedaan. Menyapa orang asing di perjalanan adalah salah satu kegemaran saya untuk mendengar kisah-kisah hidup yang inspiratif  walaupun ada beberapa kisah yang saya dengar tidak bermutu dan nggak penting untuk diceritakan. Tentunya saya juga tak lupa menceritakan hal yang ringan-ringan saja dan bikin ketawa. Humor selama perjalanan itu penting.

Blog ini memang  tak bercerita banyak tentang indahnya suatu negara atau tempat wisata kecuali yang saya anggap sebagai tempat-tempat eksotis di dunia.  Saya tak mau “mengajari” pembaca bagaimana harus pergi ke suatu negara, soal hotel, soal transportasi dan segala macam informasi “tetek-bengek” yang nggak perlu. Biarlah setiap orang mendapatkan sendiri pengalaman travelnya. Tapi, walaupun begitu saya selalu berusaha menjawab jika ada hal yang ditanyakan oleh pembaca tentang dunia traveling dan juga tempat-tempat wisata sepanjang saya punya pengetahuan tentang hal tersebut.

Jadi,  blog saya ini bercerita taklah banyak bercerita soal “backpacking” karena banyak yang lebih jago dari saya soal itu. Blog ini lebih banyak berisi kisah dari orang-orang yang saya pernah temui dalam perjalanan saya.  Dan, saya belajar banyak dari mereka. Bukankah itu esensi dari sebuah perjalanan?