Pengalaman Unik Dengan Petugas Imigrasi di Berbagai Negara


Melakukan perjalanan ke sebuah negara pastilah membuat kita berurusan dengan petugas imigrasi baik di bandara maupun pintu masuk setiap negara di perbatasan darat maupun laut. Petugas imigrasi ini ada yang murah senyum dan ada yang memasang tampang sangar biar kelihatan berwibawa gitu…..:-p.  Ada yang banyak bertanya, tapi ada juga yang tak banyak “cincong” asal main stempel saja. Nah, yang mau aku ceritakan disini adalah pengalaman-pengalaman tak biasa yang kudapatkan ketika berhadapan dengan petugas-petugas imigrasi ini.

Petugas Imigrasi Israel, 1999

Aku masuk ke Israel di akhir tahun 1999 dengan menyebrangi perbatasan darat Yordania-Israel melalui “Friendship Bridge”. Tak ada hal yang menarik sampai aku tiba di depan petugas imigrasi, seorang perempuan berumur sekitar akhir 20-an. Petugas imigrasi ini langsung memberiku pertanyaan-pertanyaan yang tidak biasa ditanyakan di kantor imigrasi sesaat setelah dia mengambil pasporku. Ada tiga pertanyaan spesifik yang ditanyakan,

What is your father name?”

“What is your grandfather name?”

“What is your great grandfather name?”

Setiap pertanyaan ini ditanyakan sampai tiga kali dan tentu saja jawabanku tidak boleh salah karena pertanyaan-pertanyaan yang diajukan petugas imigrasi tersebut memang sebuah interogasi..:-p. Untung saja aku ingat nama ketiganya sehingga aku tak perlu ditanya dengan pertanyaan-pertanyaan yang lebih aneh….:-)

Petugas Imigrasi Vietnam, 2005-2010

Aku rasa petugas imigrasi Vietnam termasuk orang yang suka “main belakang”. Kenapa aku katakan begitu? Karena mereka doyan sekali memberi cap imigrasi di bagian paling belakang dari halaman paspor. Aku tidak pernah tahu alasan mereka melakukan itu karena belum sempat kutanyakan kepada mereka. Empat kali aku keluar masuk  Vietnam di empat kota yang berbeda. Dan, semua petugas imigrasinya hobi “main belakang”….:-p. Bagi yang sudah pernah ke Vietnam, coba lihat cap imigrasi Vietnam. Pasti ada di bagian paling belakang halaman paspor.

Petugas Imigrasi Malawi, 2008

Malawi sebuah negara miskin yang pendapatan perkapitanya hanya $ 400 per tahun. Aku masuk ke negara ini dengan menyebrangi perbatasan darat Tanzania-Malawi. Petugas imigrasinya sangat ramah, seorang ibu-ibu yang bertubuh sedikit subur. Maklum saja “tubuh subur” adalah lambang kemakmuran di Afrika sana. Petugas imigrasi yang bertubuh subur ini memberiku sebuah pertanyaan yang belum pernah kudengar sebelumnya setiap kali aku menyeberang perbatasan atau masuk ke sebuah negara, “How much money your bring to Malawi?”

Ibu petugas imigrasi ini merasa lebih penting bertanya soal uang yang kubawa daripada bertanya soal tujuanku datang ke Malawi yang mungkin saja sedang merencanakan kerusuhan di negara mereka…..:-p.

Petugas Imigrasi China, 2006.

Pengalaman pertamaku dengan petugas imigrasi China di kota perbatasan China-Vietnam, Heikou bukanlah sebuah pengalaman yang mengenakkan. Seorang petugas imigrasi wanita yang cantik menyapaku dengan ramah ketika aku baru masuk kantor imigrasi. Pertanyaan pertamanya adalah soal buku panduan China yang kubawa. Ketika dia melihat Taiwan tidak masuk bagian dari CHina di buku panduan “Rough Guide-ku”, dengan seenak udelnya petugas imigrasi ini merampas bukuku. Segala rayuan maut sudah kukeluarkan, tapi tak berhasil juga. Bahasa Inggrisnya yang belepotan juga membuatku hampir putus asa berkomunikasi dengannya. Aku hanya bisa memaki-maki diiringi senyum manis si petugas imigrasi tersebut yang terasa sangat pahit dan sedikit memuakkan bagiku….:-p. Apa urusannya politik dengan dunia traveling?

Petugas Imigrasi Mesir, 2008

Pengalamanku berurusan dengan petugas imigrasi Mesir mungkin adalah yang paling horor. Aku masuk ke Mesir sebanyak dua kali. Pertama kali masuk tak ada masalah dengan imigrasi begitu juga dengan keluarnya. Tidak begitu dengan perjalanan keduaku di negara ini. Ketika aku hendak keluar dari negara ini, pasporku diambil oleh petugas imigrasi dan aku dimasukkan kedalam sebuah ruangan tanpa alasan yang jelas. Selama dua jam aku ditahan tanpa bisa berkomunikasi dengan siapapun. Semua pertanyaanku kepadaku petugas juga tidak pernah dijawab.  Setelah dua jam ditahan petugas imigrasi memberi pasporku dan kemudian membebaskanku tanpa berkata sepatah katapun. Sampai sekarang aku tidak pernah tahu alasanku ditahan. Mungkin tampangku mirip tampang teroris yang mereka lagi  dicari-cari….:-p.

Copyright: Jhon Erickson Ginting

Sumber: Pengalaman Pribadi

Copyright Photo: Jhon Erickson Ginting