Tiga Buku Traveling Favoritku
Naskahku baru saja diterbitkan oleh Pastel Book, Mizan. Tetapi, mungkin banyak teman dan calon pembaca mengira-ngira seperti apa isinya. Aku hanya bisa bilang jika buku ini berbeda dari kebanyakan buku traveling Indonesia yang kebanyakan masih berkutat kepada destinasi dan besaran biaya untuk mencapainya. Juga bukan cerita sepenggal-sepenggal dari berbagai pengalaman yang dirangkum jadi sebuah buku. Buku yang terbit ini adalah sebuah “novel” yang berdasarkan kisah nyata atau bisa juga dibilang cerita yang terjadi selama perjalanan. Sebagai orang yang senang melakukan traveling “off beaten track” dan sedikit ekstrem (menurut beberapa teman), banyak cerita yang terjadi sepanjang perjalananku dari yang konyol sampai yang penuh thriller dan tak jarang berada dalam kondisi survival, hidup atau mati.
Mengenai inspirasi menulis perjalanan yang tak biasa itu, aku mendapatkannya dari tiga buku traveling yang pernah kubaca sebelumnya. Jujur kuakui jika semua buku traveling ini aku beli ketika aku masih tinggal di luar Indonesia. Tiga traveler yang kubaca bukunya ini memang orang-orang yang sejenis denganku, melakukan travel ekstrim dan “off beaten track”. Berbagai pengalaman menarik dialami oleh mereka sepanjang perjalanan menginspirasiku menulis buku yang hampir sama. Dari tiga traveler ini, yang pertama kali kubaca bukunya adalah karangan Paul Theroux yang berjudul “Dark Star Safari”. Pengalaman-pengalaman Paul Theroux selama perjalanannya menjelajahi Afrika dari Utara ke Selatan lewat darat sangat menggugahku untuk melakukan hal yang sama. Terus terang penjelajahanku di Afrika terinpirasi dari buku ini. Awalnya, aku ingin menjelajahi Afrika dari Utara ke Selatan lewat daraat seperti yang dilakukan oleh Paul, tetapi karena berbagai kendala yang kutemui di perjalanan, aku terpaksa menggunakan pesawat terbang setelah keluar dari Mesir. Salah satu kendala yang kuhadapi adalah gagalnya aku mendapatkan visa Sudan dan Ethiopia dengan cara “go show”. Seperti diketahui aku memang malas mengurus visa terlebih dahulu dan lebih senang mengurusnya di sepanjang perjalanan.
Traveler kedua yang kubaca bukunya adalah Greg Mortenson yang berjudul “Three Cups of Tea”. Judul buku ini terinsiprasi dari perkataan Kepala Suku Balti di Afghanistan berkata seperti ini,”The first time you share tea with a Balti, you are a stranger. The second time you take tea, you are an honored guest. The third time you share a cup of tea, you become family”. Buku ini menceritakan tentang perjalanan hidup Greg di Afghanistan terutama saat dia memutuskan untuk membangun sekolah khusus wanita di negara yang tak pernah berhenti dari konflik ini setelah gagal menaklukkan puncak K-2. Bukan tak sedikit orang yang ingin membunuhnya terutama kaum puritan seperti Taliban, tetapi dia tetap nekat karena mendapat perlindungan dari kepala suku. Sayang, aku sempat kecewa dengannya karena sebuah pemberitaan yang mengatakan jika sebagian cerita dalam bukunya tersebut adalah palsu. Semoga saja bukan palsu, tetapi lebih kepada penulisan yang hiperbolis untuk mendramatisir suasana seperti yang banyak dilakukan oleh banyak penulis. Jika seandainya pun kisah-kisah perjalanannya tersebut palsu, paling tidak dia sudah menjadi pengarang yang sangat hebat karena bukunya menjadi “New York Times Bestseller”.
Buku traveling terakhir yang pernah kubaca adalah “The Places in Between” karangan Rory Stewart asal Inggris. Orang ini pernah bekerja sebagai tentara dan diplomat. Dia pernah bekerja di kedutaan Inggris di Jakarta. Dengan modal pengalaman sebagai tentara, Rory dengan gilanya menjelajahi Afghanistan dengan jalan kaki dan hanya dikawal oleh dua orang pengawal orang Afghanistan. Perjalanannya di Afghanistan dengan jalan kaki adalah sebuah ide gila karena melakukannya di negara yang sedang konflik berat. Dengan kendaraan saja belum tentu keluar hidup-hidup, apalagi jalan kaki. Tetapi, untunglah dia berhasil menyelesaikan perjalanannya di Afghanistan tanpa harus terluka. Kebaikan suku-suku di Afghanistan yang terikat dengan budaya Pasthunwali melindungi dia dari berbagai macam ancaman.
Setelah membaca tulisan ini semoga para calon pembaca dan pembaca buku “This Is Africa” sedikit banyak mengerti tentang konten dari buku yang aku terbitkan sehingga tak menjadi kecewa jika tidak sesuai yang diharapkan. Sebagian besar konten dalam buku adalah kisah petualanganku dan tak ada sedikitpun unsur-unsur pariwisata seperti buku-buku travel Indonesia pada umumnya yang banyak membahas soal tempat-tempat yag dikunjuni, kuliner, kawasan wisata, ongkos dan biaya, dan lain-lain. Mungkin ada, tetapi tidak banyak. Buku “This is Africa” berisi tentang petualangan, persentuhanku dengan kehidupan dan budaya lokal setempat, interaksi sesama traveler, pemikiran-pemikiran, adrenalin, survival, sedikit kenakalan, dan dialog dengan berbagai “oknum” yang mungkin kebanyakan orang tak akan mau berurusan. Akhir kata aku hanya bisa bilang,”This is Africa is not a tourism book, it’s a adventurous travel book.
Copyright: Jhon Erikson Ginting
Sumber: Pengalaman Pribadi
daftar buku traveling favorit nya bagus2,penasaran pengen baca juga. nanti pas plg ke indonesia saya mau beli buku This is Africa juga ah 🙂
Hi Adhya. Buku2 itu memang isinya penuh petualangan, mirip dengan gaya penulisan yang saya buat di buku saya juga….Mungkin cuma beda pengalaman saja….:-) regards J.E Ginting https://ginting.wordpress.com/
Jadi pingin baca ke-4 buku (termasuk bukunya bang John). Sayang yang 4 ini kayaknya bakalan susah ditemukan di Indonesia ya. Dan rasa-rasanya yang no.2 sudah ada terjemahannya. Hmmm…
Haryadi, Sepertinya buku saya tak susah didapat……:-). Tuh di Gramedia kawasan Jakarta pusat masih banyak. Kalau yang di pinggiran Jakarta dan Bandung mungkin sudah menipis…Yogya, Surabaya dan Medan juga udah ada…..:-). Kalau kamu mau tandatangan, saya bisa kirim dengan JNE…..Kalau buku Paul Theroux kayakny sudah susah sih…Buku “The Place in Between” mungkin bisa pesan langsung di Kinokuniya….. regards J.E Ginting https://ginting.wordpress.com/
Bang nanti aku cek dulu di Gramedia Palembang ya 🙂 beneran pingin baca. Sempat cek di internet ada diskon http://www.pengenbuku.net/2015/07/this-is-africa-catatan-perjalanan-dari.html
Kalo beli sama abang ada diskon kayak gitu aku madu deh hahaha. *pingin punya edisi tanda tangannya* Biar bisa dipamerin kalo review buku di blog nanti 🙂
Oh ya, bukunya juga belum terdata di goodreads.com ya bang?
Haryadi, Bisa….Kebetuan saya punya stok beberapa di rumah. Saya bisa kirim ke Palembang, ongkos kirim 20.000. Jadi, total sekitar Rp 80.000…Harga jual di toko buku Rp 75.000. Kamu kirim alamat rumah di Palembang ke email saya. Ntar aku kasih no rekening…..Once kamu transfer, aku langsung kirim. Kalau bukuku belum ada di goodread.com. Klo buku2 favoritku itu tak tahu juga….Dulu belinya langsung lewat toko buku…
regards J.E Ginting https://ginting.wordpress.com/
Mau banget bang 🙂 aku sudah kirim email ke john_egm@yahoo.com ya. Makasih banyak.
Om boleh pinjem yg three of cups? Xixixi
Paling suka sama buku Paul Theorux, Apalagi yang the Great Railway Bazarr. rasanya ikut si doi duduk dalam kereta. Memang ya, perjalanan paling asyik menggunakan kereta. Lama pun Rela. apalagi klo sampe Rusia. Impian terbesarku.
Cuma di Afrika dia nyambung-nyambung naik keretanya karena dari Kairo itu tak ada yang terus sampai ke Afrika Selatan….Awalnya aku mikir menjelajahi Afrika ini memang mengikuti jalur Paul Theroux, tapi aku lupa aku bukan orang bule sehingga mudah dapat visa. Visa Sudan dan Visa Ethiopia tak berhasil kudapatkan…. regards J.E Ginting https://ginting.wordpress.com/
Mas Ginting.. Saya baru selesai baca bukunya. Luar biasaaa… ! Saya suka dengan cara bercerita mas yang jujur. Saya juga hobi travelling, tapi masih ecek”. Kebetulan saya mau solo travelling ke Mesir, tapi setelah baca buku Mas Ginting saya jadi urung, haha..! Serem. Glad to know that i found your book and feel so lucky afterwards. Belum pernah saya membaca buku travelling yg sampai saya larut dalam petualangan anda. Memang kebanyakan buku travelling menceritakan tentang apa yg dilihat, bagaimana kesana dan sesikit pengalaman atau cerita seru sebagai bumbu. Berbeda dengan buku anda yang menekankan pada pengalaman selama dalam perjalanan. Bravo Mas.. Saya tunggu buku” berikutnya..!
Mbak Rosa, Terimakasih atas apresiasinya terhadap buku saya. Saya memang melakukan perjalanan ke berbagai tempat di dunia untuk memperkaya pengalaman hidup. Apa yang saya lihat seperti pemandangan, objek wisata, dan kuliner mungkin sebagai pelengkap saja. Jenis perjalanan saya kebanyakan “off beaten track”. Mungkin karena terinspirasi dari berbagai buku yang saya baca sejak kecil. Buku kedua saya akan berusaha terbitkan. Tak banyak orang Indonesia yang menyukai perjalanan yang saya lakukan sehingga penjualan buku agak tersendat. Semoga tetap bisa terbit…..:-) regardsje J.E Ginting https://ginting.wordpress.com/
hi, saya dan partner saya akan melakukan overland di Afrika dengan menggunakan sepeda motor, ketika melakukan google, blog ini yang keluar, sehingga saya penasaran dengan buku ‘this is africa’ nya, i will buy the book now!
cheers
Liz
Hmm..udah nggak ada stocknya fi gramedia. Bisa pesan online?