20 Hal Tentang Afrika Yang Tak Pernah Kulupakan


Aku membongkar file-file lama, ternyata aku menemukan tulisan yang tak pernah ku-publish di blog. Isinya soal kesimpulan dari hal-hal yang kualami selama berada di Afrika 6 tahun yang lalu terutama di daerah pedalaman yang jauh dari peradaban. Di perkotaan, mungkin beberapa dari hal ini mungkin tak berlaku.  Semoga postingan ini bisa sedikit membuka perspektif sebelum membaca bukuku tentang Afrika yang mudah-mudahan tak lama lagi terbit….:-)

  1. No Hurry in Africa

Kata-kata ini bisa ditemui pada T-shirt  yang dijual di Afrika sebagai  souvenir. Dalam banyak hal kata-kata ini benar adanya. Jadi  sebelum masuk Afirka akan lebih baik jika kita memutar waktu ke “Africa Time”. Molor dari waktu yang ditentukan adalah hal yang biasa di Afrika.  Dan molornya waktu bukan dalam hitungan menit, tapi hitungan jam yang bisa mencapai belasan jam. So, Jakarta is much better dalam hal jam karet…..:-)

  1. Transportasi yang Buruk.

Kecuali Rwanda, hampir semua bus-bus yang beroperasi di Afrika sangat buruk. Bus-bus kebanyakan tidak terawat. Jadi mogok di tengah jalan adalah hal yang biasa. Berharaplah kalau bus yang anda tumpangi tidak mogok di tengah taman nasional yang dipenuhi singa-singa  karena kalau kejadiannya seperti itu mungkin anda menjadi salah satu  menu pilihan makan singa pada saat itu. Selain itu jalan-jalan sangatlah parah. Hanya ibukota yang mempunyai jalanan yang bagus. Jangan kaget kalau nanti penumpang yang naik dan duduk di kursi penumpang bukan hanya manusia tapi hewan peliharaan seperti babi atau ayam. Kejadian seperti Itu belumlah terlalu buruk dibanding apa yang dialami temanku dari Australia yang harus satu bus dengan mayat. Kereta api adalah pilihan yang terbaik, tetapi anda harus menimbang poin no 1 (no hurry in Africa) karena kereta di afrika menganut konsep ini sehingga  keterlambatannya bisa 2 x lebih lama dari waktu tempuh yang ditentukan.

  1. In God we trust

Percaya atau tidak, selama jalan dengan bis dan kereta api di Africa, aku selalu melihat bus yang terbalik di pingggir jalan. Sudah menjadi hal yang biasa kalau supir-supir bus dan truk di Afrika membuat tulisan-tulisan yang bersifat doa seperti In God We trust, God with Us, Immanuel, God bless us dan sebagainya. Kata-kata yang di tulis di kendaraan mereka ini mereka percayai seperti jimat yang melindungi mereka  sehingga para sopir ini nyantai aja melaju kencang di jalanan yang buruk  dan berharap tetap selamat samapai tujuan. Aku sendiri mengalaminya ketika perjalanan dari Arusha ke Mombasa. Ibu-ibu di dalam bus sampai histeris. Ternyata naik bus di Afrika bisa begitu penuh kemeriahan dan memacu adrenalin…..:-).

  1. Pembeli bukanlah Raja.

Afrika bukanlah penganut moto pembeli adalah raja. Jadi, jangan harap sebuah pelayanan kelas satu apalagi di toko, restoran atau hotel murah. Aku dan temanku berulang kali mengalami mengalami kejadian tak mengenakkan ketika menginap di guesthouse, beli barang, beli tiket bus, dan lain-lain. Bagi mereka, memberikan informasi kepada pelanggan buang-buang waktu saja. Bila anda terlalu lama jangan heran anda akan diketusin.  Mau komplain? Akan lebih bijaksana jika memeriksa segala hal sebelum membeli sesuatu karena komplain anda cuma masuk telinga kiri keluar telina kanan.

  1. Harga-Harga yang mahal.

Jangan tertipu dengan kemiskinan Afrika sehingga berpikir bahwa harga barang barang disini murah. Salah besar. Tidak ada industri di sebagian besar Afrika, sehingga hampir semua barang  elektronik, pakaian sampai bahan makanan diimport. Jangan heran kalau harga-harga disini bisa mencapai 10 kali lipat harga di Indonesia.  So, belilah segala barang yang diperlukan di Indonesia sebelum pergi ke afrika. Sebagai perbandingan harga besin di Tanzania dan malawi adalah 1.5 dollar/liter.

  1. Semua turis adalah orang kaya.

kata-kata ini diucapkan oleh beberapa yang kutemui di beberapa negara berbeda di Afrika. Kalau tidak kaya, bagaimana mereka bisa datang ke sini? Begitulah pertanyaan mereka. Jika travelling ke afrika baik sebagai independent traveller, backpacker, hardcore traveler ataupun lewat travel agent, kita selalu dianggap orang kaya. Bagi mereka semua orang asing yang berkunjung ke ke Afrika adalah orang kaya. Jadi jangan heran kalau banyak orang-orang yang ingin ‘bersahabat’ dan menyapa dengan ramah kepada anda akhirnya dengan entengnya meminta uang dari anda. “Give me money” adalah kalimat yang paling sering kudengar. Teman perjalananku Tim dari Amerika sampai benar-benar muak dengan kata-kata tersebut karena dia yang paling sering jadi korban dimintain duit.

  1. Komunitas di bawah pohon

Orang-orang yang duduk di bawah pohon dari pagi sampai petang adalah hal yang biasa aku lihat di Tanzania dan Malawi. Aku tak mengerti kenapa orang-orang ini melakukannya seharian.

  1. Bar dan Prostitusi

Kedua kata tersebut tidak bisa dipisahkan kalau anda berada di Afrika. Jadi kalau hanya untuk sekedar minum hampir mustahil tanpa diganggu oleh para prostitusi. Para WTS di Afrika sangat agresif. Mereka hanya ingin mendapatkan dollar secepat mungkin dari tamu-tamu mereka. Jadi sebelum anda merasa terganggu dengan kehadiran mereka, lebih baik ditolak dari awal kecuali anda memang sedang mencari pengalaman atau berani menanggung resiko terkena AIDS.

  1. Penyakit-Penyakit Mematikan

Berbagai penyakit mematikan berkembang biak di Afrika seperti AID’s, Ebola, Meningitis, Demam Kuning, casing Bilharzias dan sebagainya. Negara-negara Afrika adalah negara-negara dengan penderita AIDS tertinggi di dunia. Penderita AIDS di Swaziland dan Bostwana mencapai 50% dari jumlah populasi. Tetapi, penyakit yang paling ditakuti di Afrika adalah Malaria yang disebabkan oleh parasit Plasmodium Falcifarum. Penderita malaria jenis ini bisa mati hanya dalam waktu 1 x 24 jam.  Minum pil malaria itu penting.

  1. Pelayan restoran yang Jenius

Aku pernah masuk restoran di Tanzania dan Malawi  bersama teman-temanku dimana pelayan tidak mencatat pesanan pelangganya walaupun pelanggan yang datang berjumlah banyak. Jadi, siap-siap aja menerima pesanan  yang salah.

  1. Internet yang lemot

Sistem komunikasi di Afrika adalah yang terparah, jadi jangan harap mendapat koneksi yang bagus untuk internet. Di Malawi satu jam pemakain internet seharga 6 dollar.Kalo lagi apes harga 6 dollar atau sekitar 55000 rupiah itu hanya bisa dipakai untuk membuka 2 buah email yang masuk.

  1. Bau ketek yang Menyengat

Salah satu ciri khas bau yang aku cium pertama kali naik kendaraan umum di Afrika adalah bau ketek. Orang Afrika gak demen pakai deodorant jadi harum bau ketek akan semerbak kemana-mana. Baunya busyet dah. Tapi, daripada komplain lebih baik nikmati aja. Lama kelamaan juga akan jadi biasa. Seorang teman pegawai KBRI sampai trauma naik dala-dala (angkot) gara-gara bau ketek

  1. Bus Yang terutup Rapat.

Orang Afrika kalau naik bus paling tidak suka dengan angin yang masuk jadi bisa dipastikan hampir semua jendela tertutup rapat. Sialnya sebagian besar bus atau angkot di Afrika tanpa air conditioner. Jadi naik bus di Afrika  bisa serasa di ‘neraka’ kalau gak kuat dengan panas dan bau ketek.  Kombinasi no 12 dan no 13 membuat seorang teman pegawai KBRI  trauma naik dala-dala (angkot) dan sakit kepala akut…:-).

  1. No sick in Afrika

Motto ini dipegang teguh oleh para traveller di Afrika karena system perobatan yang sangat primitive di Afrika. Sakit di Afrika lebih ditakuti oleh para traveller daripada masuk daerah-daerah berbahya. Banyak traveller-traveller yang meninggal di rumah sakit di Afrika karena ketiadaan obat dan malpraktek. Mungkin kalau mereka tidak ke rumah sakit, mereka masih hidup. Rumah sakit yang bisa dikatakan reliable di Afrika ada di Johanesberg dan Nairobi. Saking takutnya, para traveler bule biasanya menutup mulut kalau mandi karena takut terjangkit penyakit. Lakukan juga suntikan yang perlu sebelum ke Afrika dan bawalah obat-obatan yang cukup terutama antibiotic. Obat anti malaria adalah sebuah keharusan.

  1. Perang Dengan Korban Terbanyak Setelah Perang Dunia Ke-2

Orang mungkin banyak yang simpati dengan Palestina, Irak, Suriah, Bosnia, dan sebagainya. Tapi siapakah yang mau bersimpati pada Kongo. Kekejian dan kengerian perang terjadi di tempat ini, tapi hampir tak ada orang yang tahu. Pemerkosaan terhadap perempuan sangat mengerikan. Dari cerita yang kudenger ketika berada di Uganda dan Rwanda, pemerkosa sering memasukkan ujung senapan ke alat kelamin perempuan yang diperkosa. Rasa ingin tahuku mengantarku ke Gisenyi, kota perbatasan Rwanda-Kongo yang menjadi salah satu tempat pengungsian. Perang di Kongo akibat kelanjutan peristiwa genosida di Rwanda telah menewaskan lebih dari 5 juta orang sejak tahun 1998. Sampai saat ini perang masih berlangsung.  Adakah yang mau tahu?

  1. Thief

Istilah ‘Thief’ di Africa sedikit berbeda dengan tempat lain. Awalnya aku pikir “thief” itu pencuri biasa, tetapi ternyata beda. Di Malawi, “thief” perampok itu pakai pisau, sedangkan di Kenya “thief” adalah perampok yang pakai AK-47, granat dan senapan mesin berat….:-p.

  1. Volunteer (Sukarelawan)

Cara terbaik untuk mengenal Afrika lebih dekat adalah menjadi volunteer atau sukarelawan. Perlakuan terhadap volunteer dan turis cukup berbeda walaupun sama sama orang asing (msungu), tapi menjadi sukarelawan akan lebih mudah untuk masuk ke dalam kehidupan sosial masyarakat. Hampir semua orang sukarelawan bilang orang Malawi ramah-ramah dan hampir semua turis yang aku temui berpendapat sebaliknya tentang Malawi karena alasaan poin no 6, “Semua turis adalah orang kaya”.

  1. VIP Class

Di beberapa tempat di Afrika, konsep VIP yang biasanya ada di kepala harus berubah sedikit. Aku sempat bingung ketika membeli tiket ferry kelas VIP di Tanzania dan Malawi. Aku bingung ketika aku ditempatkan di dek terbuka bersama binatang-binatang bawaan penumpang tanpa ada bangku untuk duduk. Sepertinya aku “dikadalin”. Tak berbeda jauh dengan kereta api. Aku sudah membeli kelas VIP sleeper dan berharap sebuah kamar yang full AC dengan kasur empuk. Harga tiketnya juga lumayan mahal $ 32.  Ternyata, kenyataan jauh dari impian. Hanya ada “AC” (angin cuma-cuma) dan kasur super keras model tentara……:-).

  1. Bertarung Di Jalanan

Setelah beberapa kali hampir berkelahi, hampir dirampok dan dimintai uang di berbagai negara Afrika, akhirnya aku benar-benar bertarung di jalanan Mombasa, Mombasa dengan anak-anak jalanan yang menyerangku. Mungkin belajar sedikit beladiri perlu untuk persiapan….:-)

  1. TIA

Akhir kata kalau ngalamin bebera hal di atas dan tidak bisa ngelakuin apa-apa biasanya kita para traveller di Afrika selalu bilang,” TIA , This Is Africa. What do you expect?”

Beberapa hal di atas memang sering menjadi halangan untuk bertualang ke Afrika. Tetapi, Afrika adalah benua yang penuh mistis dan eksotis. Benua sangat menarik bagi orang yang suka tantangan dan mau belajar menjadi lebih rendah hati karena anda akan “dipaksa” untuk bersabar. Sayang sekali kalau datang ke Afrika hanya jadi turis lewat travel agent atau numpang lewat beberapa hari saja karena jelas tak akan bisa merasakan kehidupan Afrika yang sebenarnya.  Siapa yang menjelajahi Afrika, tak akan pernah menjadi orang yang sama lagi. Kisah yang lebih lengkap tentang perjalananku di Afrika sudah kutulis dan mudah-mudahan akan terbit dalam sebuah buku dalam waktu dekat. Semoga  ada yang mau menjelajahi Afrika kembali dan tak hanya sekedar safari.

Copyright: Jhon Erickson Ginting

Sumber: Pengalaman Pribadi

Copyright Photo: http://answersafrica.com