Hanoi Yang Tak Pernah Berubah (Hanoi Scam)


Tahun 2006, aku traveling ke Hanoi untuk pertama kalinya dalam perjalanan dari Hanoi Ke Kathmandu lewat darat. Aku tiba di Hanoi dengan naik pesawat Air Asia dari Bangkok yang baru saja membuk jalur ke Hanoi.   Di bandara Hanoi kebetulan ada bus murah langsung ke “Old Town Quarter” Hanoi yang menjadi pusat kumpul-kumpul traveler dari berbagai negara. Penumpang bus  memang sebagian besar adalah traveler. Kami diturunkan persis di depan sebuah hotel yang aku lupa namanya. Sepertinya  memang sebuah kesengajaan bus bandara  menurunkan kami tepat di depan hotel tersebut. Sebagian besar penumpang akhirnya memilih hotel tempat kami diturunkan karena harga yang terjangkau dan kamar yang lumayan bagus. Single Room cuma seharga 7 dollar per malam seperti  yang dikatakan oleh staf hotel.

Dua hari pertama di Hanoi aku tak merasa Hanoi “seangker” julukannya yang terkenal dengann istilah “Hanoi scam”. Bencana mulai terjadi ketika aku check out di hotel. Si petugas hotel memberikan bill dengan harga yang diluar kesepakatan. Selama tiga malam menginap, seharusnya bill yang harus kubayar cuma 21 dollar. Tapi, staf hotel memberikan angka 30 dollar. Aku langsung protes ke petugas hotel soal tambahan 9 dollar dalam bill. Mulailah “alasan-alasan super” aneh keluar dari mulut si staf hotel. Katanya uang tambahan yang 9 dollar itu adalah pajak turis, pajak hotel, dan pajak-pajak lain yang dibebankan kepada turis. Setelah teriak-teriak dan mencak-mencak, terjadilah kesepakatan antara aku dan petugas hotel. Aku “cuma” dikemplang tambahan 3 dollar untuk pajak-pajak nggak jelas tadi. Aku benar-benar marah namun tak bisa berbuat apa-apa juga. Tanganku sebenarnya sudah gatal ingin menabok si staf hotel penipu tersebut. Tapi, aku bisa berurusan dengan polisi bila melakukannya.

Old Quarter Hanoi

Aku benar-benar merasa dikadalin sama si staf hotel. Aku sudah wanti-wanti kalau mereka akan menipuku lagi karena aku sudah membeli tiket bus kelas VIP jurusan Heikou-Kunming dari hotel sialan itu seharga 10 dollar sebelum check out.  Ketika aku minta tiket yang kubeli, staf hotel mengatakan bahwa tiket akan diberikan oleh seorang kurir di Cao Dai, kota di Vietman yang berbatasan langsung dengan Heikou. Dugaanku memang benar adanya. Ketika si kurir memberiku tiket, aku langsung sadar bahwa tiket yang diberikannya adalah tiket kelas ekonomi.  Aku langsung mengkonfrontir si kurir tapi jawabanya hanya “I don’t know“. Aku benar-benar putus asa dibuatnya dan dengan cuek si kurir pergi begitu saja. Benar-benar kesal dengan ulah staf hotel yang  menipuku habis-habisan, akupun menelepon hotel sialan tersebut. Kebetulan yang menerima adalah staf hotel yang menipuku. Akupun langsung memaki-maki dia habis-habisan dan mengakhirinya dengan kalimat, “Fuck you asshole!!!!”

Rasa kesal karena dikadalin oleh staf hotel di Hanoi mereda ketika aku ketemu orang yang bernasib sama di Kunming,  sepasang traveler Spanyol. Mereka berdua juga ditipu habis-habisan di Hanoi. Kasusnya sama denganku, ditipu soal harga hotel. Parahnya, si cowok Spanyo itu sampai menendang meja dan menghancurkan vas bunga hotel karena dia tidak bisa mengontrol emosinya. Ada juga yang lebih galak dari aku rupanya…:-p.

Empat tahun kemudian, aku kembali ke Hanoi bersama istriku dengan naik pesawat dari Luang Prabang. Aku memang baru menikah saat itu.  Karena jalan bareng istri, aku memilih hotel yang sedikit lebih “cozy”, Asian Ruby Hotel di kawasan “Old Quarter yang telah kupesan dari Agoda.

Kami menumpang taxi dari bandara karena ada pasangan Italia yang sudah berumur yang ingin ikut dengan kami. Mereka baru pertama kali ke Hanoi dan benar-benar buta soal Hanoi. Aku menawarkan naik taksi bareng karena hari sudah larut. Tak baik bagi mereka yang sudah tua keluyuran malam-malam begini. Karena terburu-buru, aku salah memilih taksi. Aku baru sadar di tengah perjalanan kalau taxi yang kami naiki adalah taksi yang sangat terkenal dengan kasus-kasus penipuannya. Aku sudah siap-siap saja dengan skenario penipuan yang akan dilakukan si supir.  Setelah berjalan sekitar 30 menti, taksi berhenti di sebuah hotel yang tak jelas juntrungannya dan bukan di kawasan “Old Quarter. Seorang petugas hotel datang menjelaskan kepadaku bahwa dia adalah petugas Asia Ruby Hotel. Sepertinya petugas tiket taksi di bandara sudah bekerja sama dengan hotel-hotel penipu di seantero Hanoi. Mereka memberi tahu terlebih dahulu hotel-hotel penipu tentang tujuan hotel dari pemesan taksi.

Hoan Kiem Lake, Hanoi

Aku turun dari taksii dan menyuruh istriku dan pasangan Italia tetap di dalam taksi. Petugas hotel penipu berusaha meyakinkanku bahwa mereka adalah staf Asia Ruby Hotel. Aku sudah membaca skenario penipuan seperti ini sebelumnya di internet. Aku bisa melihat nama hotel penipu ini dengan jelas walau mereka mematikan lampu depan. Jelas-jelas tulisannya bukan Asia Ruby Hotel. Aku langsung saja bilang, “Fuck you!! You are fucking liar!!!”

Si petugas hotel kembali berusaha meyakinkanku lagi walaupun sudah kumaki-maki. Aku bertanya soal kode pemesananku dan berapa lama aku menginap, dia tidak bisa menjawab. Namanya penipu mana mau nyerah begitu saja. Tetap saja dia ngotot dengan alasan berbeda. Salah satu alasannya adalah bahwa Asia Ruby sudah penuh dan melimpahkan tamunya ke hotel mereka. Bah, bisa pulak seperti itu.

“You are very bad fucking liar, man. I was in Hanoi a few years ago and facing  the sae asshole like you. You should do better than this,” ucapku mengejeknya lagi sambil masuk ke dalam taksi.

Aku merasa tak ada gunanya meladeni si petugas hotel penipu ini lagi. Si supir ngobrol sebentar dengannya sebelum masuk ke dalam taksi. Sepertinya si penipu tadi sudah merasa gagal. Begitu si supir masuk  ke dalam mobil, aku langsung saja bilang, “You also fucking ashole!!” I will call the police if you try to cheat me again!!”

Si supir hanya tersenyum-senyum mesem saja karena kemungkinan besar dia tak mengerti bahasa Inggris. Dia memang tidak mencoba menipu kami lagi dan membawa kami langsung ke hotel Asia Ruby di kawasan Old Quarter.

Sebelum ke Hanoi, aku memang tak pernah memberi tahu istriku soal “Hanoi Scam” karena aku tak ingin dia merasa tak nyaman dengan kota ini. Tapi, sejak kejadian tersebut istriku jadi sangat tidak menyukai Hanoi. Dia melihat bahwa orang Hanoi sangat agresif dan suka menipu. Hanoi memang tak berubah, masih saja terkenal dengan “Hanoi Scam-nya” selain jutaan sepeda motornya yang melaju kencang tanpa rem. Aku hanya melihat satu hal yang berubah, yaitu banyaknya travel agent  berlogo Sinh Café dibanding ketika pertama kali aku datang ke kota ini. Sinh Café dulunya adalah travel agent yang terkenal “paling jujur” di Hanoi. Mungkin karena reputasinya itu, semua travel-travel agent yang suka menipu turis ikut-ikutan memakai tanda Sinh Café. Sulit jadinya memang untuk mengetahui mana yang jujur dan mana yang bukan. Salah satu ideku yang menurutku paling cemerlang adalah memakai travel agent yang tak memakia logo Sinh Cafe untuk membeli tiket pesawat dari Hanoi ke Saigon. Terbukti, harga mereka yang paling murah…….

Copyright: Jhon Erickson Ginting

Sumber: Pengalaman Pribadi

Copyright Photo’s: Jhon Erickson Ginting