Di India, Kasta is Still a Matter


Tulisan ini masih soal berkereta api di India tetapi bukan soal padatnya manusia di dalam kereta tetapi soal orang India melihat strata sosial. Ketika pertama kali naik kereta api di Mumbai, aku dan temanku tidak merasa terganggu ketika ada orang yang bertanya soal tiket kami. Ketika pertanyaan itu berulang kali ditanyakan kami merasa ada yang tidak beres di dalamnya. Terus terang, setiap kali kami naik kereta kelas VIP pasti ada saja orang yang menanyakan apakah tiket yang kami beli adalah tiket kelas VIP. Kami berdua sedikit bingung juga setiap kali kami naik gerbong VIP padahal harganya masih murah meriah menurut ukuran kantong kami. Harga tiket ekonomi memang berbeda cukup besar tapi kalau dirupiahkan harga tiket kelas VIP cuma sekitar Rp 20,000.  Kami jadi mikir kami salah apa karena setiap naik gerbong VIP pasti selalu ditanyai soal tiket.Memangtak semua orang di dalam kereta kelas VIP menanyakan soal tiket kami kelas VIP atau tidak. Ada juga yang cukup moderat dan menyuruh kami untuk membeli tiket terusan selama 4 hari khusus untuk turis tetapi karena kami cuma punya kesempatan 2.5 hari saja kami tidak membelinya. Tetapi, orang yang seperti ini hanya satu doang.

Pengalaman paling menyebalkan soal naik kereta kelas VIP ini adalah ketika ada seorang botak yang menatap kami dengan wajah yang sangat tidak menyenangkan. Saat itu gerbong VIP memang lagi “sepi”. Sepi disini artinya masih ada tempat untuk bernapas dan menggerakkan kaki dengan bebas..:-p. Dia ngelirik-ngelirik kami sambil ngomong dengan orang yang duduk di sebelahnya. Sepertinya dia tidak suka melihat kami berada di gerbong tersebut. Dia terus menerus memelototi kami sambil sesekali ngobrol dengan temannya. Terus terang aku jadi kesal melihat orang itu (maklum sumbu pendek…:-p). Aku yang sudah muak ditanyain soal tiket terus menerus tak menyia-nyiakan kesempatan duduk tepat di depannya ketika penumpang yang berada di depannya turun. Aku langsung menatap si botak yang menyebalkan itu dengan wajah yang sama tidak menyenangkannya. Si botak jadi kikuk sendiri ketika aku balas menatapnya tanpa berkedip dengan wajah sedingin es. Temanku yang memang lebih kalem dariku hanya geleng-geleng kepala saja melihat ulahku…:-p.

Kejadian di gerbong VIP kemudian menyadarkan kami bahwa India memang masih memegang sistem kasta yang kuat. Kami menduga karena orang asing, mungkin kami dianggap berada dalam kasta Sudra (kasta yang paling bawah) bagi orang-orang India yang masih konservatif. Bagi yang sudah modern mereka tidak mempermasalahkannya. Kami mungkin dianggap tidak layak naik gerbong VIP. Memang ada sedikit keheranan juga ketika naik kereta karena banyak orang yang berpakaian rapi dengan dasi dan bahkan memakai jas berada di dalam gerbong ekonomi. Penampilan dan wajah mereka terlalu ganteng dan rapi jika dibilang mereka tidak punya uang. Apakah mereka juga “korban” sistem kasta di India sehingga mereka tidak boleh naik gerbong VIP atau mereka tidak punya uang? Hanya mereka yang tahu dan aku rasa aku juga tidak perlu tahu. Setiap kota, negara, dan budaya punya caranya sendiri cuma aku males saja jadi korban sistem yang aneh tersebut. Toh, tidak ada hukumnya juga yang mengatakan orang asing harus naik kereta ekonomi…..:-p.

Copyright: Jhon Erickson Ginting

Sumber: Pengalaman Pribadi